Jumat, 20 Januari 2012

Mensyukuri Ni’mat


Dalam kehidupan ini, pernahkah kita meminta kepada Allah mata yang bisa melihat, mulut yang bisa bicara, lidah yang bisa merasa, kaki yang bisa digunakan untuk berjalan atau telinga yang bisa mendengar. Rasanya tidak !! Itulah ni’mat Allah, yang tanpa kita minta Allah telah berikan. Apabila kita menghitung ni’mat yang telah kita terima tampaknya amat sulit untuk dapat menghitungnya. Lantas sudahkah kita bersyukur atas ni’mat yang telah kita terima?? Itulah yang mestinya kita renungkan. Karena manusia biasanya cuma bisa menuntut tapi lupa untuk mensyukuri ni’mat itu. Kadang kala kita malah berkeluh kesah atas ni’mat yang Allah berikan. Malah tidak seditkit pula mereka yang malah kufur terhadap ni’mat yang mereka terima.
“Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]: 7). Ayat di atas dengan jelas mengingatkan kepada kita agar kita senantiasa untuk selalu bersyukur. Karena bersyukur adalah sebuah jalan untuk mencari keridhaan-Nya. Sebaliknya, bila manusia mengingkari nikmat-Nya, bersiaplah menerima azab yang sangat pedih.
Lalu bagaimanakah cara kita mensyukuri ni’mat tersebut? Banyak sekali cara yang dapat kita tempuh untuk mensyukuri ni’mat tersebut. Yang pertama mensyukuri dengan hati, yaitu dengan meyakini dan mengimani bahwa ni’mat yang kita terima adalah dari Allah SWT. Yang kedua dengan ucapan, yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah setiap kita memperoleh ni’mat. Yang ketiga dengan perbuatan, yaitu dengan beribadat dan bertaqwa kepada Allah (dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya).
Selain yang tiga di atas ada lagi cara untuk mensyukuri ni’mat yang telah kita terima. Yaitu dengan memaksimalkan potensi atau bakat yang ada dalam diri kita. Ya ini juga termasuk bersyukur, karena hakikat syukur itu menampakkan ni’mat sesuai kehendak pemberi (Quraish Shihab). So, ketika kita diberi bakat oleh Allah maka tentu merelisasikan bakat tersebut sudah termasuk bersyukur. Misalnya Taufik Hidayat, dia diberi bakat atau potensi oleh Allah dalam hal bulu tangkis. Nah ketika dia merealisasikan bakat dia dalam kehidupan dengan menjadi juara Olimpiade secara tidak langsung dia telah bersyukur. Begitu pula dengan kita, merealisasikan bakat dalam diri kita juga termasuk bersyukur. Tinggal kita renungkan aja apa sih sebenarnya bakat kita. Mungkin ada yang bakatnya jadi penyanyi, penulis, guru, bisnisman, olahragawan, wartawan ataupun lainnya. Yang terpenting kenali dulu bakat dalam diri kemudian realisasikan dalam kehidupan agar kita termasuk menjadi manusia yang bersyukur atas ni’mat yang Allah berikan.
Oleh: Yudistira Jakasoenda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar