Sabtu, 21 Januari 2012

Nyanyian hujan di sore hari













Hari ini adalah hari Sabtu tanggal 21 Januari 2012.
Hujan turun begitu lebatnya.
Petir dan angin pun mengiringi kedatangannya.
Hati ini menjadi cemas dan waswas,
Betapa tidak hujan turun tak seperti biasanya.
Hati ini bertanya-tanya, pertanda apa ini ya Allah?
Diriku sendiri direlung kegelisahan.

Hujan pun mulai reda.
Tapi suara gemericik air masih terdengar.
Suaranya begitu berirama.
Ditambah kicauan burung tetangga,
Menambah semarak saja.
Hati gelisah jadi sumringah.
Apa ini yang namanya habis gelap terbitlah terang.
Diriku termenung.
Mudah-mudahan nasibku seperti ini pula.
Dulunya suram menjadi terang.
Amin.

Oleh: Yudistira Jakasoenda

Jumat, 20 Januari 2012

Mensyukuri Ni’mat


Dalam kehidupan ini, pernahkah kita meminta kepada Allah mata yang bisa melihat, mulut yang bisa bicara, lidah yang bisa merasa, kaki yang bisa digunakan untuk berjalan atau telinga yang bisa mendengar. Rasanya tidak !! Itulah ni’mat Allah, yang tanpa kita minta Allah telah berikan. Apabila kita menghitung ni’mat yang telah kita terima tampaknya amat sulit untuk dapat menghitungnya. Lantas sudahkah kita bersyukur atas ni’mat yang telah kita terima?? Itulah yang mestinya kita renungkan. Karena manusia biasanya cuma bisa menuntut tapi lupa untuk mensyukuri ni’mat itu. Kadang kala kita malah berkeluh kesah atas ni’mat yang Allah berikan. Malah tidak seditkit pula mereka yang malah kufur terhadap ni’mat yang mereka terima.
“Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]: 7). Ayat di atas dengan jelas mengingatkan kepada kita agar kita senantiasa untuk selalu bersyukur. Karena bersyukur adalah sebuah jalan untuk mencari keridhaan-Nya. Sebaliknya, bila manusia mengingkari nikmat-Nya, bersiaplah menerima azab yang sangat pedih.
Lalu bagaimanakah cara kita mensyukuri ni’mat tersebut? Banyak sekali cara yang dapat kita tempuh untuk mensyukuri ni’mat tersebut. Yang pertama mensyukuri dengan hati, yaitu dengan meyakini dan mengimani bahwa ni’mat yang kita terima adalah dari Allah SWT. Yang kedua dengan ucapan, yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah setiap kita memperoleh ni’mat. Yang ketiga dengan perbuatan, yaitu dengan beribadat dan bertaqwa kepada Allah (dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya).
Selain yang tiga di atas ada lagi cara untuk mensyukuri ni’mat yang telah kita terima. Yaitu dengan memaksimalkan potensi atau bakat yang ada dalam diri kita. Ya ini juga termasuk bersyukur, karena hakikat syukur itu menampakkan ni’mat sesuai kehendak pemberi (Quraish Shihab). So, ketika kita diberi bakat oleh Allah maka tentu merelisasikan bakat tersebut sudah termasuk bersyukur. Misalnya Taufik Hidayat, dia diberi bakat atau potensi oleh Allah dalam hal bulu tangkis. Nah ketika dia merealisasikan bakat dia dalam kehidupan dengan menjadi juara Olimpiade secara tidak langsung dia telah bersyukur. Begitu pula dengan kita, merealisasikan bakat dalam diri kita juga termasuk bersyukur. Tinggal kita renungkan aja apa sih sebenarnya bakat kita. Mungkin ada yang bakatnya jadi penyanyi, penulis, guru, bisnisman, olahragawan, wartawan ataupun lainnya. Yang terpenting kenali dulu bakat dalam diri kemudian realisasikan dalam kehidupan agar kita termasuk menjadi manusia yang bersyukur atas ni’mat yang Allah berikan.
Oleh: Yudistira Jakasoenda

Minggu, 15 Januari 2012

Doktor vs Ph.d ?? Apa mau dongkrak popularitas?

Belakangan ini, media cetak dan elektronik  ramai membahas Marissa Haque vs Dee Kartika Djoemadi. Pangkal permasalahan ini adalah ketika Marissa memprotes Dee, penyanyi yang memiliki album religi bersama Memes (istri Addie MS) dan Rida. Dee meragukan keabsahan gelar doktor Marissa sehingga membuat istri Ikang Fawzi itu geram. Masalah ini kemudian menyeret nama Addie MS dan keluarganya.
Menurut pandangan penulis, perang Twit antara Marissa Haq dgn Dee Kartika Djoemadi plus keluarga Addie Ms hanya mencari sensasi belaka. Dilakukan untuk mendongkrak popularitas yang telah meredup (mungkin). Mereka harusnya malu, ditengah keadaan seperti ini masih sempat-sempatnya untuk mencari perhatian publik. Apalagi permasalahan yg mereka ributkan hanya bersifat pribadi saja. Cobalah kalau mau mencari sensasi yang lebih bermanfaat bagi khalayak umum. Misalnya dengan membuat suatu penemuan atau buku yang bisa membuat rakyat Indonesia ini lebih maju. Apa ga malu dengan gelar yang kalian ributkan. Masyarakat ga mau tahu gelar kalian. Mau Doktor ataupun Phd. tapi yang masyarakat butuhkan itu dedikasi kalian selama kalian menempuh pendidikan tersebut. Ingat kalian itu publik figur, jelek baiknya kalian masyarakat melihat. Kalau ada pihak yang merasa dirugikan toh bisa menempuh jalur hukum. Tampaknya cara seperti itu lebih berpendidikan dan lebih beradab. Terima kasih

Oleh: Yudistira Jakasoenda